Berita – Voice of The us
Iran menjalin jalur komunikasi langsung dengan para pemberontak dalam kepemimpinan baru Suriah sejak sekutunya, Bashar al-Assad, berhasil ditumbangkan, kata seorang pejabat senior Iran kepada Reuters pada Senin (9/12). Langkah itu diambil untuk “mencegah eskalasi permusuhan” antara kedua negara.
Kemajuan pesat aliansi milisi yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham, mantan afiliasi Al Qaeda, menjadi salah satu titik balik yang signifikan di Timur Tengah dalam beberapa generasi. Jatuhnya Presiden Assad meruntuhkan benteng tempat Iran dan Rusia menyebarkan pengaruh mereka di seluruh jazirah Arab.
Beberapa jam setelah Assad berhasil digulingkan, Iran berharap hubungan dengan Damaskus akan tetap berlanjut berdasarkan “pendekatan yang jauh ke depan dan bijaksana” antara kedua negara. Teheran juga mengimbau dibentuknya pemerintahan inklusif yang mewakili seluruh lapisan masyarakat Suriah.
Teheran tampak mengkhawatirkan perubahan kekuasaan di Damaskus akan berdampak pada pengaruh Iran di Suriah, yang merupakan pusat dari poros pengaruh regionalnya.
Namun, Iran tetap tenang, tidak panik, kata tiga pejabat Iran kepada Reuters. Teheran aktif mencari jalur diplomatik untuk menjalin kontak dengan individu-individu yang, menurut salah satu pejabat, merupakan “pihak yang berada dalam kelompok penguasa baru Suriah yang berpandangan lebih sejalan dengan Iran.”
“Kekhawatiran utama bagi Iran adalah apakah penerus Assad akan mendorong Suriah menjauh dari orbit Teheran,” kata pejabat Iran lainnya. “Itu adalah skenario yang ingin dihindari Iran.”
Suriah pasca-Assad akan menghapus satu-satunya jalur pasokan darat bagi kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah, serta menutup akses utama Iran ke Mediterania dan “garis depan” dengan Israel.
Salah satu pejabat senior mengatakan bahwa para pemimpin ulama Iran terbuka untuk berinteraksi dengan para pemimpin baru Suriah, mengingat mereka dihadapkan pada situasi kehilangan sekutu penting di Damaskus dan juga harus menerima kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih pada Januari.
“Keterlibatan ini adalah kunci untuk menstabilkan hubungan dan menghindari ketegangan regional lebih lanjut,” kata pejabat tersebut.
Dua pejabat Iran mengatakan bahwa Teheran waspada jika Trump menggunakan pemecatan Assad sebagai alat untuk meningkatkan tekanan ekonomi dan politik terhadap Iran, “baik untuk memaksakan konsesi atau untuk menggoyahkan Republik Islam.”
Setelah memutuskan untuk menarik Amerika Serikat dari kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan enam negara besar pada 2018, Presiden Trump saat itu menerapkan kebijakan “tekanan maksimum” yang menyebabkan Iran menghadapi kesulitan ekonomi yang parah dan memicu ketidakpuasan publik. Dan kini, dalam kabinetnya mendatang, Trump sudah memilih pejabat-pejabat yang dianggap agresif terhadap Iran
Pada 2020, saat menjabat sebagai presiden, Trump memerintahkan serangan drone yang menewaskan Qassem Soleimani, komandan militer Iran yang paling berpengaruh, sekaligus juga dalang serangan luar negeri terhadap kepentingan Amerika Serikat dan sekutunya.
“Iran kini hanya punya dua pilihan: mundur dan menarik garis pertahanan di Irak atau bekerja sama dengan Trump,” kata Ali Vaez dari Global Disaster Staff.
Tergulingnya Assad menunjukkan bahwa pengaruh strategis Teheran di kawasan menurun drastis. Kondisi itu semakin diperburuk oleh serangan militer Israel terhadap Hizbullah di Lebanon dan kelompok militan Palestina Hamas di Gaza.
Para pemimpin ulama Iran menggelontorkan miliaran dolar untuk mendukung Assad selama perang saudara yang meletus di Suriah pada 2011 dan mengerahkan Garda Revolusi ke Suriah untuk menjaga sekutunya tetap berkuasa. Mereka juga mempertahankan “Poros Perlawanan” Teheran terhadap Israel dan pengaruh Amerika Serikat di Timur Tengah.
Jatuhnya Assad menghilangkan mata rantai penting dalam jaringan perlawanan regional Iran, yang berfungsi sebagai jalur essential bagi Teheran untuk memasok senjata dan mendanai proksinya, terutama Hizbullah. [ah/rs]