Information – Berita Terkini Indonesia dan Dunia – CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia – Tekanan inflasi atau kenaikan harga-harga di Indonesia sepanjang tahun ini terbilang rendah, menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional alias BRIN. Walaupun, ada potensi kenaikan pada 2026.
Sepanjang 2025, BRIN memperkirakan, tekanan inflasi hanya akan berada pada kisaran 2,4%-2,8%, efek dari lemahnya daya beli masyarakat. Sedangkan pada tahun depan, mulai merangkak naik di kisaran 2,6%-3,2%.
“Kalau masih 3% sebenarnya normal-normal saja, karena inflasi itu juga dibutuhkan, mengindikasikan perekonomian bergerak, perekonomian tumbuh, jadi kami melihat inflasi ke depan masih akan meningkat di 2,6%-3,2%,” kata Penelit Pusat Riset Ekonomi Makro dan Keuangan BRIN Pihri Buhaerah dalam Financial Outlook 2026, dikutip Senin (22/12/2025).
Khusus untuk 2026, BRIN menganggap tekanan inflasi yang rendah dipicu oleh lemahnya daya beli masyarakat, ditambah efek maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) beberapa tahun terakhir.
Terindikasi dari munculnya fenomena masyarakat yang datang ke pusat-pusat perbelanjaan, namun tak belanja atau yang dikenal dengan istilah rombongan jarang beli alias rojali. Hingga November 2025, laju inflasi pun hanya 2,72% secara tahunan.
“Jadi sebelum adanya PHK besar-besaran, cerita awalnya itu sebetulnya rojali, jadi itu bagaimana sektor riil merespons kondisi ekonomi dengan melakukan diskon. Ketika mereka diskon, enggak ada yang beli juga, akhirnya mereka PHK, jadi fenomena rojali cerita pertengahan dari spiral deflasi,” papar Pihri.
“Jadi angka inflasi masih di bawah 3% masih terkendali bukan karena tingginya permintaan, tapi lemahnya daya beli,” tegasnya.
Untuk 2026, BRIN menganggap, laju pergerakan inflasi bisa menembus di atas 3% karena didukung ekspansi fiskal pemerintah. Sebagaimana diketahui, pemerintah menargetkan defisit APBN di stage 2,68% dari PDB, lebih tinggi dari goal 2025 yang hanya 2,53% PDB.
Selain itu, BRIN juga menganggap, tekanan inflasi ke depan juga akan dipicu oleh risiko bencana alam yang makin meluas di berbagai daerah, tidak hanya kawasan Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada akhir 2025, serta program Makan Bergizi Free of charge alias MBG yang memicu tingginya permintaan bahan pangan.
“Maka kami melihat terjadi inflasi, tapi jangan selalu dilihat sebagai indikasi buruk. Yang jelek inflasi itu kalau di atas 10%, tapi kalau masih 3% sebenarnya normal-normal saja,” ucap Pihri.
(arj/mij)
[Gambas:Video CNBC]
